Nada Baru Cina dalam Sengketa Barunya dengan AS
„Untuk pertama kalinya Cina mengancam dengan sanksi terhadap perusahaan Amerika Serikat, yang terlibat dalam penjualan sistem persenjataan kepada Taiwan. Reaksi Cina tentu saja dapat diduga. Tapi tingkat reaksinya mengejutkan. Pertama karena keputusan Amerika adalah pelaksanaan bisnis yang sudah diputuskan dalam masa Bush. Selan itu senjata yang dipersengketakan, pesawat jet tempur F-16 dan kapal selam tidak masuk dalam paket kesepakatan penjualan. Harus ditunggu apakah ancaman terhadap perusahaan Amerika Serikat itu akan menjadi kenyataan. Termasuk diantaranya perusahaan Lockheed Martin, Raytheon dan United Technologies tapi juga Boeing, yang melakukan proses akhir roket Harpoon. Meski demikian Cina adalah pasar penting untuk perusahaan pesawat itu, dan pembelian pesawat oleh perusahaan Cina diatur oleh pemerintah pusat di Beijing. Dalam hal ini latar belakang politik makin penting. “
Reaksi Cina atas pengumuman penjualan senjata Amerika Serikat kepada Taiwan dikomentari Harian Luksemburg Luxemburger Wort
„Kembalinya Cina ke kelompok negara adidaya dunia adalah sebuah proses yang paling lambat dimulai dengan reformasi di masa Deng Xiaoping. Tanpa ragu perkembangan ini membawa perubahan hubungan geopolitik di kawasan utara Asia Timur. Jika sekitar akhir perang dunia kedua banyak hal yang ditentukan oleh Amerika Serikat, status quo ini sudah lama tidak berlaku. Pembagian Korea membebani seluruh kawasan. Setelah kembalinya Hongkong dan Makao ke Cina, hanya Formosa yang belum dikuasai Beijing. Taipei akan setuju untuk bergabung dengan Cina, jika Beijing sesuai pengalaman Republik Cina kembali bertindak sebagai katalisator untuk modernisasi politik masyarakat. Jepang, yang akibat letak kepulauannya yang terpisah, sampai kini masih sulit melupakan masa lalunya, sulit ditenangkan dengan adanya kombinasi ekspansi Cina dan masalah perekonomian Amerika Serikat yang semakin besar. Dalam situasi yang rumit ini Cina tampil berani, karena dalam jangka menengah ia akan mengambil alih kekuasaan di Asia Timur dari Amerika Serikat. Titik puncak kejayaan pengaruh Washington di kawasan ini sudah berlalu.“
Sementara harian Spanyol El Pais mengomentari hasil forum ekonomi dunia di Davos
„Laporan terakhir Badan Moneter Internasional IMF menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat tidak merata, masih sangat lemah dan sebagian berlangsung karena subsidi negara-negara industri. Negara-negara berkembang terpaksa mengatasi dampak sosial krisis keuangan dengan dana pajak. Kini muncul ketakutan masalah hutang negara berlebihan, seperti di Yunani, dapat merambah ke negara-negara lainnya. Pemerintahan di Eropa harus menyatakan dengan jelas bahwa mereka akan membantu Athena dalam upayanya mengatasi krisis keuangan. Negara-negara Uni Eropa yang memiliki hutang tinggi harus mengusulkan strategi untuk mereformasi keuangannya dalam jangka menengah. Upaya ini harus lebih dapat dipercaya dibanding pernyataan bersemangat yang disepakati Dewan Menteri Eropa pekan lalu.